Keluarga Marga Baptian duduk di haluan Natar Sori. Diikuti keluarga Ayowembun yang duduk di bagian kiri. Setelah marga-marga lain mengambil posisi duduk, musyawarah para petinggi desa pun dimulai. Itu cerita singkat sejarah Perahu Batu (Natar Sori) di Saumlaki.
Saya dan beberapa teman tak melihat ada perahu ketika memasuki desa Sangliat Dol di Saumlaki, Maluku Tenggara Barat. Kami berhenti dan mengamati di tumpukan batu bersusun. Bagian kiri dan kanan melengkung. Bentuknya seperti perahu. Oh, ini namanya Natar Sori.
Saya melangkah ke bagian depan. Ini haluan perahu yang menghadap ke laut lepas yang bisa dipandang dengan mata telanjang. Buritan menghadap ke daratan. Dulu mungkin hutan atau gunung, tapi saat ini sudah dipenuhi rumah penduduk.
Natar Sori konon didirikan 1500 SM. Tapi ini masih perkiraan. Bisa lebih tua lagi. Mungkin antara dua zaman, yaitu Zaman Batu dan Zaman Metal (3000 SM hingga 700 SM).
Saat ini Natar Sori termasuk dalam Benda Cagar Budaya di bawah Kementerian Pendidikan. Letaknya di lapangan terbuka di Sangliat Dol. Luasnya lebih kurang 50 meter kali 50 meter.
Natar Sori berfungsi sebagai tempat bertemunya para pelaku adat untuk bermusyawarah. Posisi duduk di atas perahu juga disesuaikan dengan status dan marga. Saya memilih duduk di bagian haluan.