Mobil yang membawa kami berhenti. Sisi kiri dan kanan jalan dipenuhi mobil-mobil turis lokal. Ini Desa Adat Sade. Salah satu desa adat yang paling terkenal di Pulau Lombok.
Desa atau dusun suku Sasak menyebar mulai dari wilayah timur sampai barat Pulau Lombok.
Dusun Sasak pertama kami kunjungi letaknya di sebelah selatan Pulau Lombok. Namanya desa Ende. Perjalanan selama dua jam dari Senggigi ke daerah Sengkol. Letak desa ini persis di pinggir jalan yang sepi. Kami disambut seorang warga dusun yang ramah bernama Akip. Dia salah satu guide di desa yang jadi tujuan para wisatawan ini. “Panggil saja bajang Akip,” katanya. Bajang artinya laki-laki muda.
Kami mengekorinya menjelajahi sudut demi sudut, rumah adat demi rumah adat, di desa itu. Dia bercerita agak lama tentang isi rumah. Salah satu ciri khas rumah adat Sasak adalah rendah di bagian depan, dan lebih tinggi di bagian belakang. Sengaja dibikin rendah agar orang yang masuk ke rumah dengan posisi menunduk, menghormati orang yang berada di dalam rumah.
Kami melanjutkan perjalanan ke arah selatan, sekitar 20 menit tiba di dusun Sade. Dari kejauhan terlihat dusun ini lebih ramai, banyak kendaraan wisatawan parkir, orang-orang pun bergantian menyeberang ke arah dusun adat tersebut.
Tentu ada alasan kenapa dusun ini lebih ramai. Desa yang luasnya mencapai 5 hektar ini adalah dusun adat yang dilestarikan dan dilindungi. Penghuni dusun sudah turun menurun hingga 15 generasi. Kami melewati rumah yang dihuni sepasang kakek dan nenek. Sang nenek sudah berumur 90 tahun. Mereka duduk di pintu depan sambil menganyam daun pandan untuk dijadikan kipas atau ampet.